Sabtu, 25 April 2015

Kisah Nyata - Dosaku Ku bayar Dengan Derita Dan Air Mata

Kisah ini bermula di suatu sore di tempat dimana biasa aku mencari barang bekas. Aku yang waktu itu lagi asyik membongkar tempat sampah untuk mencari botol - botol bekas dan barang - barang lain yang sudah di buang orang - orang akan tetapi masih berharga jika di jual.

Aku yang merasa capek, karena sudah seharian berjalan kaki mendorong gerobak dari tempat sampah satu ke tempat sampah lain, sedang beristirahat melepas penat. Tidak lama kemudian datanglah seorang perempuan yang berpakaian lusuh, sama seperti aku. Ya wanita itu juga seorang pemulung.

"Kamu tidak bakal dapat apa - apa di tempat sampah itu. Karena aku sudah duluan mencari dan mengambil barang - barang yang bisa di jual dari tempat sampah itu" bisikku dalam hati.

Namun dugaanku salah. Wanita itu mengambil beberapa potong roti - roti bekas yang sudah basi, jamuran dan yang pasti sudah tidak layak untuk di konsumsi. Melihat wanita itu mengambil dan mengumpulkan roti - roti bekas itu. Aku pun penasaran, untuk apa wanita itu mengambil roti basi dan tidak layak untuk di konsumsi.

Aku pun mendekati wanita itu dan bertanya. "Bu, tukan roti basi. Ngapain di ambilin?" kataku dengan rasa penasaranku.

"Buat makan, Bu." jawab wanita itu

"Buat makan? Bukannya roti itu sudah jamuran?"

"Jamurnya kan bisa di bersihkan, terus bisa dimakan. Daripada aku kelaparan!!!"

"Oh, begitu ya"

"Iya"

Perkataan wanita itu akhirnya menimbulkan suatu ide buatku. Aku memiliki sebuah inisiatif untuk mengolah kembali roti - roti bekas itu kemudian menjualnya. Karena tiap hari aku bisa menemukan banyak roti roti bekas seperti yang di ambil wanita tadi.

Keesokan harinya, aku pun memulai aksiku, ku susuri semua tempat sampah dan mengambil roti - roti basi dan membawanya pulang. kemudian aku cuci dan bersihkan jamurnya. Setelah roti sudah bersih dari jamur aku mulai mengolahnya menjadi makanan yang layak untuk di konsumsi.

Benar saja, dengan mengolah roti basi menjadi seperti makanan yang layak di konsumsi, aku mendapat keuntungan yang banyak.

Keesokan harinya aku kembali mengolah roti basi dua kali lipat dari hari sebelumnya dan menyuruh anakku untuk membawa sebagian ke sekolahnya untuk di jual. Namun aku melarang keras anakku untuk mengkonsumsi roti tersebut.

Karena anakku orangnya penurut, dia mengikuti kata - kataku dan tidak memakan roti buatanku itu. Anakku tidak mengetahui kalau bahan dari roti yang aku buat itu terbuat dari bahan roti yang basi dan jamuran. Bahkan aku melarangnya untuk membantuku dalam membuat kue roti.

Sudah hampir lima hari aku berjualan roti bekas, dan aku sudah bisa membelikan baju baru, sepatu baru dan memberikannya uang jajan.

Namun setibanya aku di rumah, aku di kejutkan oleh pertanyaan polos dari anakku, yang sempat membuatku berpikir.

"Bu, kenapa ya semua teman - teman di sekolahku banyak yang sakit perut?" tanya Nisa putriku

"Terus apa hubungannya dengan kamu?" aku kembali bertanya kepadanya

"Aku takut kalau teman - temanku sakit perut karena makan - makanan kita, Bu."

"Maksud kamu? Kamu nuduh Ibu meracuni teman - teman kamu?"

"Tidak, Bu. Aku tidak nuduh ibu. Aku cuma takut."

"Kalau kamu takut, itu sama saja kamu nuduh, Ibu. Meracuni teman kamu, Ibu itu jual makanan yang halal dan enak. Harusnya kamu itu bersyukur. Karena sekarang kamu sudah tidak telat lagi untuk membayar uang sekolah. Iya, Kan?" jawabku sedikit membentak Nisa anakku

"Iya, Bu"

"Ya, sudah. Sana masuk"

Hampur sebulan aku terus melakoni pekerjaan baruku, dan aku mendapat banyak uang dari hasil jualan roti bekas itu. Namun orang - orang yang membeli dan mengkonsumsi rotiku merasa sakit di perutnya. dan hal itu membuatku sedikit berpikir. "Kalau semua orang yang makan roti ini sakit, itu berararti... Udah ah bodoh amat, mereka juga gak ada yang perduli sama aku."

Pada suatu hari sepulang dari tempat sampah mencari roti bekas, aku merasa capek. Aku bermaksud untuk menjemur roti basi itu di tempat jemuran agar jamur yang menempel di roti itu luntur.

Namun hal itu di ketahui oeh anakku, Nisa membuang semua roti yang aku jemur tadi, dia berpikir kalau roti itu adalah milikku yang sudah basi.

Aku yang mengetahui kalau roti itu di buang Nisa di tempat sampah yang ada di depan rumah, kemudian mengambil kembali roti tersebut. Namun hal itu di ketahui Nisa. Dia marah besar dan menangis. Dia kecewa karena aku telah mengolah roti basi untuk bahan kue jualanku.

Sejak mengetahui bahan olahan kue rotiku adalah roti basi, Nisa sudah tidak mau lagi membantuku untuk menjual kue roti itu lagi disekolahnya. pernah suatu hari aku melihat Nisa sedang berjalan masuk ke sekolahnya. Namun aku memanggil dan menitipkan kue roti buatanku agar dia menjual kue - kue buatanku itu di sekolah. Namun ketika ada temannya yang ingin membeli, kue - kue buatanku itu di buangnya. Bahkan ketika Nisa melihat ada teman - temannya yang membeli kue roti yang aku titipkan di warung - warung. Nisa malah merebut kue roti itu kemudian membuang dan melarang teman - temannya untuk memakan kue rotii buatanku.

Karena rasa curiga yang oleh apa yang di lakukan Nisa, para warga curiga dan melaporkan saya ke kantor polisi. Karena terbukti saya bersalah, akhirnya aku ditahan di kantor polisi.

Sudah empat hari saya di kurung di tahanan, saya di lepas. Karena pertolongan Bu Ustadza Aminah. Guru mengaji anakku. Dan aku pun berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Setibanya saya di rumah, saya di sambut oleh bu - ibu tetangga rumah saya, mereka semua mengusir saya dari kampung itu. Namun, karena kebaikan dan ketulusan Bu Ustadza Aminah, akhirnya para warga mau menerima saya kembali di kampung ini.

Sudah hampir Tiga bulan saya kembali kejalanan dan memulung. Uang hasil dari menjual Roti basi yang saya hasi dulu pun tinggal sedikit. Karena hasil memulungku tidak seberapa.

Siang itu, tanpa sengaja saya lewat di sebuah warung yang ada TVnya dan disitu di beritakan sebuah berita tentang makanan yang di awetkan. Saya pun berinisiatif untuk kembali berjualan pecal dengan menggunakan bahan pengawet. pikir saya kalau makanannya awet berarti makanan saya tidak bisa basi.

Saya pun memulai usaha saya, dan benar saja. dengan membeli sayuran secara banyak saya mendapat diskon dan jika saya masak sekaligus menggunakan bahan pengawet sayuran bahan pecal saya tahan lama dan tidak pernah basi.

Namun, tanpa saya sadari. Makanan yang telah saya jual merenggut nyawa anaknya tetangga saya. dan warga yang memakan pecal saya mengalami mual dan sakit perut.

Anakku yang mengetahui, kalau aku menjual pecal menggunakan bahan pengawet. Pergi meninggalkan rumah, meninggalkan aku.

Suatu hari para warga mengetahui bahwa pecal buatanku mengandung bahan pengawet. berdatangan kerumahku dan ingin menangkapku untuk di jebloskan ke penjara. Saya pun melarikan diri lewat pintu belakang. Namun di tengah perjalanan saya merasa pusing yang hebat. pandangan saya gelap, kemudian saya pingsan.

Sewaktu saya sadar, saya sudah berada di rumah sakit. Saya mendapati bahwa tubuh saya di sebelah kiri tidak dapat saya gerakkan. Saya mengalami struk.

Sekarang aku telah menerima ganjaran atas segala perbuatan dan dosaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar