Di dalam kesunyian ku rasa gelombangnya, menyintaimu adalah suatu kewajiban. Tapi tidak sesuai dengan perkataan, ketika fajar menyinsing, ku sentuh sinar kasih. Dari matamu dekat tetapi aku merasa seperti orang asing, aku menantikan seuntai kata cinta, yang aku nantikan saat menjadi nyata...
"Aku tidak meminta rasa simpati darimu, yang aku harapkan hanyalah sebuah pengertian darimu. Apakah kita masih bisa bersama lagi?"
"Ingin aku buang rasa ini jauh dari lubuk hatiku... Namun aku tak berdaya, hati kecilku selalu saja menolak dan terus memanggil namamu."
"Dirimu bukan boneka atau pun perhiasan yang bisa dengan mudah untukku ketepikan. Karena aku juga sama dengan yang lainnya. Aku punya hat, aku punya perasaan"
"Walaupun saat ini kita berada didalam masa pertengkaran yang mungkin mengakibatkan perpisahan, namun dirimu masih berada di dalam lubuk hatiku"
"Kini kau ibarat bunga yang sedang mekar di dalam taman yang di miilki orang lain, tak mungkin lag aku dapat menyiram dan mencium bau harumnya."
"Sekarang aku seperti seekor kumbang yang tak tahu arah dan tujuan yang berada diantara kembang - kembang yang sedang mekar, dan aku berharap bisa menemukan penawar dari rasa sakitku ini."
"Ingin rasanya ku keluarkan keluh kesahku ini kepadamu duhai pujaan hatiku. Akan tetapi adakah sedikit waktumu untukku."
"Rasa rindu ini begitu kuat, hingga hati kecilku ini selalu saja memanggil dan menyebut namamu. Kasih mengapa kau begitu tega meninggalkanku di saat aku masih membutuhkanmu."
"Kau beri warna di hidupku, kau goreskan warna pelangi yang begitu indah. Kemudian kau menggantinya dengan warna pekat. Sakit..."
"Dulu di waktu hatiku sedang hancur, kau datang membawakan benang sutra, kemudian kau jahit lukaku hingga bekas luka itu sudah tidak ada lagi. Itu semua salahku yang terlalu terlena di dalam khayalan indah cintamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar