Kisah ini adalah kisah yang aku alami. Kisah ini aku beri judul Sahabat Seindah Pelangi karena kisah ini menceritakan tentang sebuah persahabatan ku dengan temanku. Aku memiliki seorang sahabat dar kecil, kebetulan rumah kami memang berdekatan.
Dari kecil kiita sudah sahabatan, dari sebelum kami bersekolah hingga kami lulus SMA. Banyak kenangan yang sudah kami lalui, dari bolos bareng, sampai panggilan orang tua bareng, berkelahi bareng, bahkan kami berdua juga berkelahi hanya gara - gara kami suka dengan satu cewek yang sama.
Aku dan dia punya hobi yang sama yaitu bermusik, kita pun punya selera musik yang sama, hingga akhirnya kami lulus SMA. Kami memutuskan mengambil sekolah musik swasta di daerah kami. Kami berang bersama untuk mendaftar ke sekolah tersebut.
Sepulang dari sekolah tersebut, hujan turun cukup deras, akan tetapi matahari masih terlihat cerah. atau yang biasa di sebut hujan panas. Akhirnya kami memutuskan untuk berteduh di bawah jembatan, tempat dimana dulu kami sering bolos sekolah.
Sambil berteduh kami memandangi langit dan tampak sebuah pelangi yang sangat indah, dia pun berkata kepadaku "Tong, (nama panggilanku)coba kamu lihat pelangi itu, banyak warna akan tetapi tetap jadi satu pola, itu seperti persahabatan kita tong, penh warna yang sudah kita lewati tetapi kita tak akan pernah berpisah."
"Iya, Teng (Nama panggilannya) aku juga berharap begitu."
"Aku yakin, Tong. Suatu saat kita pasti biisa berhasil seperti pelangi itu, yang bersinar penuh warna diatas langit dan tempat ini adalah saksi persahabatan kita tong, kalau nanti kita sukses jangan lupa satu sama lain, kalau kita lupa. Kita bisa lihat tempat ini, karna tempat ini bukan hanya sebuah kenangan, tapi tempat ini adalah suatu tanda pengingat dari mana kita berasa."
Singkat cerita, setelah lulus, karir onteng lebh baik dari pada karirku, dia direkrut sebuah band ternama dan aku hanya menjadi seorang guru musik.
Karena kesibukannya, dia sekarang sudah jarang sekali berkunjung ke rumah. Jangankan main ke rumah, menghubungiku pun jarang. Karirnya pun semakin melonjak, aku selalu memandanginya di TV, aku ikut senang, karena dia menjadi publik figur dan aku teman - teman barunya adalah tempat bersandarnya yang baru.
Jalan hidup kita pun berbeda, sampai pada akhirnyaaku bertemu dengan seorang waniita yang akhirnya menjadi istriku.
Seminggu sebelum pernikahanku. Aku mencoba untuk menghubungi si onteng. "Halo, Teng"
"Iya, Tong. Eh,,, Tong ntar aja aku telpon balik ya, sekarang aku lagi sibuk Tong. Mau manggung." jawabnya
"Enggak, Teng. Aku cuma mau ngabarin kamu, kalau minggu depan aku mau nikah, aku berharap kamu datang ya."
"Iya, oke. Tong" sahutnya langsung mematikan handphone.
Hari bahagia itu pun sudah tiba, aku perhatikan satu persatu tamu yang datang dan belum terlihat wajah si Onteng. Aku terus menunggu hingga akhirnya dia benar - benar tidak datang, bahkan ucapan selamat pun tidak terucap dari mulutnya. Terasa sangat sedih hati ini, sekuat dan semampu ku menahan air mata agar tidak menetes.
Aku lihat dia di TV, karirnya sangat melesat, dia benar - benar sudah jadi band papan atassesuai dengan apa yang jadi harapannya selama ini. Aku ikut senang melihatnya walau terkadang air mata menetes karan jauh di dalam hatiku sangat merasakan kehilangan sosok sahabat yang dulu selalu bersama.
Sore itu hujan turun deras. Tetapi matahari bersinar panas, seperti suasana dimana aku dan Onteng mengatakan sebuah janji. Aku ajak istriku ke bawah jembatan, suatu tempat yang menjadi saksi persahabat aku dan Onteng.
Aku ceritakan semua kisah ku dengan Onteng sampai tak sadar air mataku menetes deras, istriku pun tak sanggup menahan air matanya setelah mendengar cerita ku..
Beberapa tahun kemudian, ketika aku lihat berita di TV ada berita tentang Onteng, dia sedang terbaring sakit di rumah sakit swasta, tanpa pikir panjang, aku langsung kesana untuk melihat kondisi Onteng. Sesampainya disana, kamar Onteng pun di jaga ketat sehingga aku tidak bisa masuk, melihatnya tidak bisa. Hingga pada akhiirnya aku di usir satpam, karena aku nekat menerobos masuk.
Semakin harikondisi Onteng semakin parah, dia mengidap kanker otak. Aku hanya bisa memantau keadaannya lewat TV infotainment.
Beberapa bulan kemudian, ketika aku ingin mengantar anakku ke sekolah, datang seorang tetangga dia berkata. "Om, ada yang nyari. Om di tunggu di jembatan lama dekat jalan tol."
Setelah aku mengantar anakku ke sekolah. Aku langsung menuju ke jembatan, aku penasaran siapa orang yang nyari aku, kenapa tidak langsung datang ke rumahku, malah mengajak untuk bertemu disitu.
Sesampaiinya d jembatan, betapa kagetnya aku. Aku melihat sahabatku si Onteng duduk di kursi roda diantar seorang managernya dengan kepala sudah botak dan badannya yang kurus.
Aku tak sanggup menahan air mata, dia pun membuka matanya sambil menangis, berharap aku memeluknya.
Sambil menangis dalam pelukan, dia berkata. "Maafkan aku, Tong. Aku sudah lupa daratan. Aku terlena dengan kejayaan yang akhirnya menjadi boomerang buat diriku sendiri. Aku kangen sama kamu, Tong." Ucapnya sambil meneteskan air mata yang begitu deras.
"Tidak apa - apa, Teng. Aku tetap sahabatmu Entong yang dulu" ucapku sambil menangis.
"Aku capek, Tong. Aku ingin istirahat, aku pengen melihat pelangi di tempat ini, pelangi yang menyimbolkan persahabatan kita." ucap Onteng.
Aku pun tetap di sampingnya menunggu datangnya hujan dan berharap dapat melihat pelangi sambil bercerita masa - masa dimana pernah kami lewat berdua.Tetapi Tuhan berkehendak lan, hari itu awan sangat cerah dan tidak ada tanda - tanda akan turun hujan.
"Tong, aku kedinginan, deketan sini Tong. Aku ingin bersandar di pundakmu." pinta Onteng
"Iya, Teng. kamu bersandar aja, kamu bukan sekedar sahabat buatku, kamu sudah seperti bagian dari diri ku, Teng"
"Terima kasih, Tong. Sekali lagi aku minta maaf." ucap Onteng
Dan beberapa saat kemudian tanpa aku sadari Onteng pun telah menutup matanyauntuk yang terakhir kalinya tepat disamping ku sambil kepalanya disandarkan di pundakku.
Serentak, semua orang yang berada disitu menangis histeris. Ibunda Onteng pun jatuh pingsan dan ayahnya pun menangs histeris.
Onteng telah pulang kepadaNYA. Badanku terasa lemas, serasa tak percaya akan semua yang terjadi. Air mata tak lagi dapat berhenti mengalir.
Walau raga sudah tak bisa bersama, tetapi rantai hati tak pernah patah. Selamat jalan sahabatku Onteng.
@banyak sudah kisah yang tertinggal kau buat jadi satu kenangan, seorang sahabat telah pergi tanpa tangis arungi mimpi. Selamat jalan kawan cepatlah berlabuh, mimpimu kini telah kau dapati, tak ada lagi seorang pun yang menggangu kau bernyanyi. @TipeX_selamat jalan. Itu adalah sebuah bait lagu yang sering kami nyanyikan ketika berada di bawah jembatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar