Minggu, 10 Mei 2015

Kisah Nyata - Cinta Sejatiku Akan Hidup Selamanya Di Hatiku

Kisah ini bermula sejak aku berkenalan dengan seorang gadis yang bernama Vina, dan inilah kisah cintaku yang amat tragis yang tidak bisa aku lupakan seumur hidupku.

Aku melirik jarum jam yang berada di tanganku, Waktu sudah menunjukkan tepat pukul 07:30 pagi, saat aku mulai memasuki gerbang sekolahku. Dengan sangat tergesa - gesa aku mulai berjalan menuju kelasku. Karena, bel sekolah sudah berbunyi. Saat aku menabrak seorang gadis yang kebetulan juga datang terlambat.

"Maaf - maaf, aku tiidak sengaja." kataku sambil membantunya memungut bukunya yang jatuh karna aku tabrak.

"Iya, gak apa - apa. Lain kali hati - hati ya." kata gadis itu dengan ramah.

"Iya, Maaf... kamu anak kelas mana? Kenapa bisa terlambat?" tanyaku

"Aku anak kelas Tiga Jurusan Informatika. Iya, ni. Aku terlambat karena tadi angkotnya mogok. Kamu sendiri anak kelas mana? kenapa terlambat juga?" gadis itu balik nanya

"Aku anak kelas Tiga jurusan konstruksi bangunan. Hehe, biasalah, namanya juga cowok." jawabku.

"Oh, kalau gitu kita bersebelahan kelas dong." kata gadis itu.

"Iya, kalau gitu mending kita jalan bareng aja yuk." kataku kepadanya.

"Ok, deh." jawab gadis itu sambil tersenyum.

Kemudian kami pun berjalan bersama menuju kelas kami masing - masing.

Tepat pada pukul 09:45 bel istirahat berbunyi. Aku pun langsung menuju kantin dan aku pun kembali bertemu gadis ituyang kebetulan akan ke kantin juga..

"Eh, ketemu lagi. Mau kemana nih?" tanyaku kepada gadis itu.

"Iya, nih. Aku mau ke kantin." jawab gadis itu.

"Sama, dong. Aku juga sedang menuju kantin. Oh, iya. Kita kan belum kenalan, nama kamu siapa?" tanyaku kepadanya.

"Namaku Vina, nama kamu?" gadis bernama Vina balik bertanya.

"Namaku, Ardin." jawabku sambil berjabatan tangan dengan Vina. "Trus alamat rumah kamu dimana?" tanyaku kepadanya.

"Rumahku di Jl.Gajah Mada 47" jawabnya.

"Oh, kalau gitu sama dong, aku juga tinggal di Jl. Gajah Mada 70" kataku.

Itulah awal pertemuanku dan perkenalanku dengan Vina. Kami pun akhirnya berteman dan saling bertukaran nomor hp. Setiap hari kami selalu berangkat ke sekolah bersama - sama. Sampai - sampai teman - teman kami di sekolah mengira kalau kami pacaran, karena kami selalu terlihat bersama.

Seiring berjalannya waktu, tak terasa sudah 5 bulan aku dan Vina berteman. Di karenakan aku dan Vina sering jalan bareng dan sering smsan, akhirnya aku pun mulai merasa jatuh cinta padanya. Tapi, aku masih takut untuk mengutarakan perasaan cintaku kepadanya.

Hingga pada suatu hari, aku pun berusaha untuk mengutarakan rasa cintaku padanya. Aku pun berniat untuk menyatakan rasa cintaku ke Vina pada saat jam istirahat sekolah.

"Vina,,, Saat istirahat nanti aku tunggu kamu di taman sekolah ya." kataku kepadanya.

"Ada apa? kok tiba - tiba kamu ngajak aku ke taman sekolah?" tanya Vina padaku

"Ada, deh. Pokoknya kamu datang aja kesana." kataku

Tepat bel istirahat, aku pun langsung menuju taman sekolah dan duduk di kursi taman. Lima menit kemudian, Vina datang menemuiku di taman.

"Ada apa sih, Ardi. Kok ngajak kesini." tanya Vina yang kemudian duduk pas di sampingku.

"Ada satu hal yang ingin aku omongin ke kamu." jawabku.

"Apa itu, Ardin." tanyanya

"Tapi kamu janji jangan marah, ya. Kalau aku omongin hal itu..." kataku padanya

"Iya, Janji. Aku gak akan marah kok." jawabnya.

"Aku..." kataku sambil malu - malu dan sedikit gugup.

"Aku... Jatuh cinta ke kamu. Mau gak kamu jadi pacar aku?"

Mendengar ucapanku Vina terdiam. "Kenapa, Vina. Kok diam? Kamu marah ya ke aku? Maaf ya..." tanyaku ke Vina

"Tidak, aku tidak marah. Cuma aku bingung aja mau jawab kata - katamu tadi." kata Vina.

"Memangnya kamu mau jawab apa?" tanyaku.

"Hmmm... Aku malu untuk menjawabnya, Ardin." jawab Vina

"Jawab aja, Vina. Gpp kok." kataku padanya.

"Sebenarnya aku jatuh cinta padamu sejak satu bulan lalu, tapi aku takut kamu akan marah kalau aku bilang ke kamu." jawab Vina

"Ouw,,, terus bagaimana? kamu mau kan jadi pacar aku?

"Aku mau jadi pacar kamu, Ardin." jawab Vina sambil tersenyum

"Alhamdulillah, Makasih ya, Vina." jawabku senang banget dengar jawaban Vina.

Sejak saat itu kami pun resmi pacaran. Kebersamaan kami menjadi semakin dekat dan hari demi hari kami lalui penuh dengan kebahagiaan. Bahkan saat menjalani UAN, aku jadi mempunyai semangat karena telah memiliki kekasih dan Vina juga merasakan seperti yang aku rasakan. Akhirnya kami pun lulus bersama dengan hasil yang memuaskan.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, kami jalani dengan bahagia dan selalu bersabar jika kami menghadapi suatu masalah pada hubungan kami.

Tidak terasa sudah hampir setahun aku berpacaran dengan Vina. Hingga pada suatu hari, Vina kuajak jalan - jalan pagi ke taman kota untuk dan setelah itu kami duduk di kursi taman.

"Beibz, aku boleh tanya gak?" Vina membuka obrolan.

"Boleh dong, Memangnya kamu mau nanya apa beibz?" jawabku

"Selama kita pacaran, kamu merasa ada yang aneh gak di diriku?" tanya Vina ke aku.

"Hmmm... Gak ada yang aneh kok. Cuma aku merasa kalau akhir - akhir ini kamu sering sakit dan wajah kamu pucat."

"Oh, itu mungkin karena aku kecapean aja. Ya syukur kalau memang kamu tidak merasa ada yang aneh pada diriku." kata Vina dengan pandangan menerawang jauh. "Eh, sudah jam 08:00 nih. Kita pulang yuk." ajak Vina

"Iya, ayo."

Kemudian aku dan vina pun pulang, setelah mengantar Vina kerumahnya, aku pun langsung berpamitan ke orang tua Vina. Di tengah perjalanan pulang, aku terus memikirkan tentang perkataan Vina di taman tadi, tidak mungkin dia tiba - tiba berubah hanya karena kecapean saja.

Dua hari kemudian, aku mendapat telepon dari ayahnya Vina.

"Halo, ini nak, Ardin?"

"Iya, saya Ardin. Ada apa pak?"

"Nak, Ardin. Cepat kesini sekarang ya nak, Vina sakit. Dia muntah darah dan mimisan." kata ayah Vina.

"Ha... Kok bisa gitu pak? Memangnya Vina habis ngapain?" tanyaku.

"Bapak gak tahu, Nak. mendingan kamu kesini sekarang."

"Iya, pak. Sekarang saya akan ke sana." aku langsung menutup pembicaraan itu dan bergegas ke rumah Vina.

"Kamu kenapa, Beibz?"

"Aku juga tidak tahu, Beibz. Pagi tadi aku merasa pusing banget. Terus aku muntah darah dan mimisan."

Kemudian aku bertanya kepada ayah Vina yang berada di sampingku dan sampingnya Vina. "Vina sudah di bawa ke dokter, Om?"

"Sudah, Nak. Tapi kata dokter Vina tidak apa - apa, tidak ada penyakit yang serius di tubuhnya."

"Wah, ini bukan penyakit biasa pak. Mendingan sekarang kita bawa Vina ke kyai, kebetulan saudaraku punya kenalan seorang kyai." pintaku ke ayah Vina

"Iya, Nak. Ayo kita bawa Vina sekarang."

Kemudian kami pun membawa Vina ke rumah kyai kenalan saudaraku. Sesampainya di sana, Vina langsung di Rukiyah, dan pada saat di rukiya Vina langsung berteriak teriak seperti orang yang kesakitan. Melihat kejadian itu, aku dan ayahnya Vina hanya bisa bersedih sambil memegangi kaki dan tangan vina agar tidak berontak.

Satu jam kemudian, Vina pun selesai di rukiyah dan ayah Vina bertanya kepada pak kyai.

"Pak kyai, apa yang terjadi pada anak saya? kenapa tadi dia bisa seperti itu?"

"Begini, Pak. Sepertinya ada orang yang mengirim santet kepada anak bapak."

"Terus sekarang bagaimana pak kyai. Apakah anak saya bisa di bawa pulang?"

"Bisa pak, tapi anak bapak harus rajin di bawa kesini untuk terapi rukiyah selanjutnya."

"Iya, Pak kyai. Kami akan rajiin membawa dia kesini. Terima kasih."

Kemudian kami pun membawa Vina pulang ke rumahnya. Setiap seminggu sekali Vina di bawa kerumah kyai untuk terapi rukiyah, tapi belum ada sedikit pun perubahan, dia masih sering mimisan dan muntah darah terus. Aku dan orang tua Vina sangat sedih sekali melihat keadaan Vina yang seperti itu.

Satu bulan sudah Vina menjalani terapi Rukyah, tapi hasilnya sama saja. Malah penyakitnya semakin parah. Dan tepat pada hari senin malam sekitar jam 10:00, Vina tiba - tiba kejang - kejang dan dia kesulitan untuk bernafas. Kemudian kami pun memanggil kyai yang mengobati Vina untuk datang ke rumah Vina malam itu juga. 10 menit kemudian kyai itu datang dan langsung mengobati Vina. 15 menit kemudian kyai itu pun menyuruh aku, ayah Vina, ibu serta keluarga Vina lainnya untuk berkumpul di kamar Vina.

"Sepertinya, Nak Vina sudah tidak dapat tertolong lagi, dia akan sakaratul maut. Lebih baik kita sekarang bersikap ikhlas dan membantu dia untuk mengucapkan syahadat agar sakaratul mautnya bisa lancar." kata pak kyai.

Seketika itu pun aku, ayah Vina, Ibu Vina dan keluarga yang lain langsung menangis. Dan kemudian ayah Vina menuntun Vina untuk mengucapkan syahadat, sedangkan aku, kyai, ibu Vina dan keluarga yang lainnya membaca yasin.

Tepat pukul Satu malam, Vina mengembuskan nafas terakhirnya. Innalillahiwainnalillahirojiun. Kami pun langsung menangis, terlebih terlebih aku yang paling bersedih karna harus merelakan cinta sejatiku pergi untuk selamanya.

Keesokan harinya, jenazah Vina pun lantas dimandikan, dikafani dan disholatkan. Setelah itu jenazah Vina pun di makamkan di pemakaman umum dengan diiringi isak tangis dariku, ayah dan ibu Vina, dan teman - temannya serta saudara - saudaranya.

Tujuh hari sudah Vina meninggalkanku dan keluarganya untuk selamanya. Dan aku masih tidak bisa percaya cinta sejatiku itu pergi begitu cepat. Dan tepat pada malam ke Delapan sekitar jam 12:00 saat aku sedang mengaji yasin untuk Vina, tiba - tiba aku di kejutkan oleh kedatangan Vina yang muncul tepat di depanku.

"Vina??? kkkammuuu kok datang sini?? tanyaku sambil terbata - bata

"Beibz, kamu jangan takut ya. Aku datang bukan untuk menggangumu, aku cuma ingin memberitahukan ke kamu tentang orang yang menyantetku sampai aku meninggal." kata arwah Vina

"Sssilahkan... dah" kataku.

"Aku seperti ini karena ulah seorang cowok yang bernama Hary. Dia pernah menyatakan cinta padaku, tap aku tolak. Karena aku tahu kalau dia itu anak berandal dan suka pakai ilmu hitam. Kemudian dia mengirim santet kepadaku beibz. Maafkan aku karena aku terlambat untuk memberitahu ke kamu beibz."

"Oh, tidak apa - apa,, lantas apa yang bisa aku lakukan agar kamu bisa hidup tenang di alam kamu?"

"Aku ingin kamu membantu ayahku untuk menangkap dia beibz, agar dia bisa mendapatkan hukuman yang setimpal."

"Iya, Vina. Aku akan melaksanakan amanahmu itu."

"Terima kasih sayang, jangan terus - terusan bersedih ya. Aku yakin kamu akan mendapat cinta sejati yang lebih dari aku. Jangan khawatir, aku akan selalu hidup di dalam hati kamu beibz. Sekarang aku akan pergi ke alam ku. Do'akan aku ya, agar aku bisa hidup tenang. Selamat tinggal cintaku."

"Iya, aku akan selalu mendo'akanmu sayang. Selamat tinggal. jawabku bersedih

Tidak lama kemudian, arwah Vina pun lenyap di kegelapan malam. Arwah cinta sejatiku.

Keesokan harinya, pagi - pagi sekali aku kerumah ayahnya Vina untuk memberitahukan amanah almarhum Vina. Setelah itu, aku dan ayah Vina pergi ke rumah kyai yang mengobati almarhum Vina dengan maksud meminta bantuan untuk menangkap si Hary.

Setibanya aku di rumah Hary, aku di bantu ayah Vina dan kyai langsung menangkap Hary, dan dia pun tak bisa berkutik karena ilmu hitamnya sudah di musnahkan kyai atas izin Allah. Setelah itu Hary pun langsung di serahkan kepada polisi untuk kemudian mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya.

Alhamdulillah akhirnya aku pun bisa melaksanakan amanat Almarhum Vina, amanat cinta sejatiku yang akan tetap hidup di hatiku untuk selamanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar