Kamis, 21 Mei 2015

Kisah Nyata - Pengorbanan Seorang Ibu

Cerita ini telah di wariskan turun temurun dari generasi ke generasi, akan tetapi disini saya hanya ingin mengingatkan kembali kepada saudara - saudaraku tercinta, agar lebih bisa menghargai dan menyayangi ibunya. Karena kasih seorang ibu tiada terhingga, tiada yg lebih besar daripada kasih sayang seorang ibu, like and share artikel ini jika anda sayang kepada ibu anda.

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup bersama dengan anak tunggalnya. Suaminya sudah meninggal dunia sejak lama sekali karena sakit. Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu - satunya. Betapa tidak? Si anak memiliki tabiat yang sangat buruk. Suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan masih banyak lagi hal - hal buruk yang sering di lakukannya.

Si ibu sering kali menangis meratapi nasibnya yang malang, namun ia sering berdo'a memohon kepada Tuhan. "Tuhan, tolong sadarkan anakku yang ku sayangi, supaya supaya ia tdak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan aku ingin sekali melihat anakku bertobat dan melakukan kebaikan sebelum aku mati."

Akan tetapi, si anak bukan menjadi baik, tapi beliau menjadi semakin jahat dan sudah sangat sering keluar masuk penjara atas perbuatan jahatnya.

Pada suatu hari, ia kembali mencuri di rumah penduduk desa. Namun, malang dia tertangkap dan kemudian di serahkan ke pada Raja untuk di adili dan di jatuhi hukuman pancung.

Pengumuman itu di umumkan ke seluruh desa, di dalam pengumuman itu menyatakan kalau hukuman itu akan di laksanakan keesokan harinya di depan penduduk desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan bahwa jam telah menunjukkan pukul Enam pagi. Berita hukuman itu akhirnya sampa ke telinga sang ibu dia menangis meratapi anak yang di kasihinya dan berdo'a kepada Tuhan. "Tuhan, ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua renta ini yang menanggung dosanya" Dengan tertatih - tatih dia berjalan mendatang raja dan memohon supaya anaknya di bebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman.

Dengan hati hancur, si ibu kembali kerumah. Tak henti - hentinya dia berdo'a kepada Tuhan supaya anaknya di ampuni dan karena tubuhnya di rasuki oleh rasa capek yang begitu dalam. Akhirnya si ibu tertidur, di dalam tidurnya si ibu bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya di tempat yang sudah di tentukan, r\seluruh penduduk desa berbondong - bondong menyaksikan hukuman yang akan di kenakan kepada anak yang memilik tabiat yang sangat buruk itu. Sang algojo sudah siap dengan pancungannya dan si anak juga sudah pasrah dengan nasibnya.

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.

Detik - detik yang di nantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang di tentukan tiba, lonceng belum juga berdentang padahal waktu sudah lewat 5 menit dan suasana di sekitar mulai berisik.

Akhirnya petufgas yang bertugas untuk membunykan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi ia menarik lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Di saat mereka semua di rasuki oleh perasaan biingung. Tiiba - tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas dimana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar - debar seluruh penduduk desa menantikan saat beberapa orang naik ke atas untuk memeriksa sumber darah tersebut.

Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata dari dalam lonceng telah di temukan si ibu dengan kondisi kepalanya sudah hancur berlumur darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonteng tidak mengeluarkan suara dan sebagai gantinya kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh warga desa yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan airmata. Sementara si anak meraung - raung memeluk tubuh ibunya yang sudah di turunkan. Akhirnya dia menyesali segala perbuatannya yang selalu menyusahkan ibunya.

Ternyata malam sebelum hukuman itu di jalankan, si ibu bersusah payah memanjat dan mengikat tubuhnya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Dari kisah nyata diatas, kita bisa mengambil kesimpulan. Bahwa, begitu besar kasih sayang yang ibu berikan kepada kita anaknya. Walaupun si anak selalu berbuat jahat akan tetapi ia tetap menyayangi dan mengasihi anaknya  sepernuh hidupnya.

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing - masing selagi kita masih mampu dan masih di berikan kesempatan. Karena beliau adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini...

Silahkan reshare jika anda perduli kepada dan Artikel ini tidak terputus di anda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar