Rabu, 20 Mei 2015

Kisah Nyata - Arya Bocah Yang Malang

Arya adalah seorang bocah berusia sekitar 9 tahun, dia anak yang baik, rajin dan suka menolong terhadap sesama. Kalau hari minggu, aku sering menyuruhnya untuk membeli nasi bungkus di rumahnya Mak Erni. Setiap kali aku menyuruhnya, aku sengaja menyuruhnya untuk membeli lebih satu bungkus, untuknya. Karena aku tahu betul kalau ibu tirinya tidak pernah memberikannya sarapan.

Ya, sejak di tinggal mati oleh ibunya 4 tahun lalu. Arya hidup dengan bapaknya yang sejak 2 thn terakhir ini menikah lagi dengan seorang wanita yang juga memiliki satu orang anak perempuan yang imut dan cantik sama dengan ibunya Ria. Namun, kecantikan yang di miliki Ria hanya sebatas rupa saja. Tidak dengan hatinya yang kejam.

Aku sering kali memergoki Ria memperlakukan anak tirinya dengan sangat kasar, jika ada sedikit kesalahan yang di lakukan oleh Arya dia tiidak segan - segan untuk menyiksa dan memukulinya. Pernah suatu har, waktu itu Arya tengah asik bermain kelereng dengan teman - temannya. Di dapur ada sedikit kekurangan, karena jarak antara rumah dan warung sangat jauh, maka si ibu tiri berteriak - teriak mencari Arya.

Arya yang memang bermain tidak jauh dari rumahnya itu mendengar teriakan ibu tirinya itu memanggil namanya pun bergegas untuk pulang. Setibanya di rumah, Arya langsung mendapat hadiah makian dan omelan dari ibu tirinya, bukan itu saja aku juga melihat kalau Arya juga di pukuli oleh ibu tirinya. Tentu saja hal ini terjadi tanpa sepengetahuan ibu tirinya. Aku yang melihat kejadian itu langsung melerai dan memberikan sedikit nasehat kepada ibu tirinya Arya. "Maaf mbak, saya tidak bermaksud untuk ikut campur soal keluarga mbak. Tapi, tolong, Mbak. Arya ini masih kecil. Dia juga ingin bermain sama seperti anak mbak itu. Mbak boleh memarahinya, tapi tolong jangan pakai kekerasan mbak." Mendengar pembelaanku terhadap Arya, Mbak Ria malah marah - marah padaku.

"Eh, loe. Apanya Arya? Sok mau jadi pahlawan kesiangan? Gua ibunya, jadi suka - suka saya mau ngapain aja dengan dia.?"

"Saya tahu kalau sekarang mbak adalah ibunya, tapi saya juga tahu kalau cara mbak memperlakukannya itu tidak seperti mbak memperlakukannya seperti anak mbak. Mbak selalu memanjakan anak mbak, sedangkan Arya selalu saja mbak marah, bahkan ketika mbak sedang ada sedikit keperluan dan ingin menyurh Arya. Harus selalu cepat. Jika Arya sedang tidak di rumah mbak langsung memukulnya. Apa mbak pantas dii sebut sebagai seorang ibu?"

"Anak - anak gua, ngapain loe yg sewot? Apa jangan - jangan loe naksir suami gua ya? Tapi Mas Anto malah memilih aku tuk jadi istrinya. Makanya kamu selalu ikut campur atas segala urusan rumah tanggaku?"

Karena aku tidak mau ribut dan malas ribut, akhirnya aku mengajak Arya untuk ikut aku pulang ke rumahku. Namun, Arya menolak ajakanku. Karena walau sering di sakiti oleh ibu tirinya Arya tetap sayang kepada ibu tirinya. Dia malah membela ibu tirinya yang selalu berbuat kasar kepadanya.

Aku juga pernah bertanya kepada Arya, "Apakah Ayahmu tahu jika ibu tirimu selalu menyiksamu? " dengan kepolosannya Arya menjawab "Tidak kak, aku tidak mau melaporkan kepada Ayah. Aku tidak mau Ayah dan ibu ribut, gara - gara aku." mendengar jawaban polos anak ini saya jadi tersentuh dan salut.

Aku berharap dengan kejadian kemarin, Ria akan berubah dan tidak lagi memperlakukan anak tirinya dengan kasar, aku berharap dia mau berubah dan menyayangi Arya sama dengan dia menyayangi anak kandungnya yang selalu dia manja dan sayang. Namun, ternyata tidak. Dia malah semakin buas dan memukuli Arya. Malah pernah aku melihat di bagian tubuh Arya lebam.

Dengan di penuhi rasa penasaran, aku bertanya kepada Arya. "Kenapa dengan tanganmu?"

"Di pukuli, ibu. Pakai kayu, Kak."

"Ya, Tuhan. Kejam sekali ibu tirimu, Dek. Ini sudah tiidak bisa di toleransi, kita harus segera melaporkan perbuatan kejam ibu tirimu kepada Ayahmu." aku langsung menarik Arya dan menggiringnya menuju tempat kerja Ayahnya Arya.

Namun, yang namanya musibah, bisa datang kapan saja dan dimana saja. Ketika aku menggiring dan membawa Arya ke tempat kerja Ayahnya. Di tengah perjalanan kami berpapasan dengan Ibu tiri dan Adik tiri Arya. Tanpa mereka sadari dari arah belakang mereka ada sebuah motor yang sedang lari dengan kecepatan yang sangat tinggi dan hampir menghantam mereka berdua. Arya yang melihat kejadian itu langsung berlari menyebrangi jalan dan langsung mendorong Ibu dan Adik tirinya agar tidak tertabrak oleh motor tersebut.

Benar saja, Ibu dan adik tirinya tidak tertabrak oleh motor tersebut. Namun, Arya yang malang yang menyelamatkan adik dan ibu tirinya itu kini sudah tergeletak dengan darah membanjiri seluruh tubuhnya. Aku dan ibu tirinya langsung menyetop sebuah taksi dan melarikannya ke rumah sakit.

Dalam perjalanan ke rumah sakiit aku selalu membatin, "Jika Arya tidak selamat dari musibah ini, aku tidak akan bisa memaafkan ibu tirinya. Aku akan menyeretnya ke penjara atas semua perlakuan kasarnya terhadap anak tirinya." Namun Allah berkendak lain, Dia masih memberikan Arya kesempatan untuk merasakan kasih sayang dari seorang ibu tiri.

Walaupun sekarang Arya harus kehilangan satu kakinya, namun saat ini dia bisa merasakan kasih sayang yang begitu tulus dari ibu tirinya. Setiap kali aku berkunjung kerumahnya, aku selalu melihat kalau Ria begitu tulus dalam mengurus dan merawat Arya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar