Suatu malam, seorang anak perempuan berusia 23 tahun dan
ibunya sedang bertengkar. Sebut saja nama anak itu adalah Andin. Andin
kesal karena ibunya dianggap tidak pernah mengerti apa maunya.
Pertengkaran itu membuat Putri nekat meninggalkan rumah dan tidak
membawa apa-apa kecuali telepon genggam miliknya.
Saat hari makin
malam, Andin sadar kalau dia belum makan malam. Perutnya sudah mulai
lapar dan perih, namun dia tidak membawa uang sepeserpun dan tidak
membawa kartu ATM yang ada di dompetnya. Saat sedang duduk di pinggir
jalan raya, ada seorang ibu yang menepuk pundaknya. Ibu itu adalah
pedagang soto ayam di pinggir jalan.
"Nak, wajahmu pucat, apa kamu belum makan?" tanya sang ibu penjual soto.
Andin tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu masuklah ke kedai saya, dan makanlah,"
"Saya tidak punya uang, bu," ujar Andin.
Sang ibu penjual soto tersenyum dan meminta Andin tetap masuk ke dalam
kedai makannya yang sederhana. Ibu itu bilang tidak perlu membayar
karena Andin mengingatkannya pada anak perempuan si ibu yang sedang
kuliah di luar kota.
Andin menurut dan masuk ke dalam kedai soto.
Dia mendapat semangkuk soto ayam lengkap dengan nasinya. Andin langsung
terharu dan bersyukur karena dia bertemu dengan ibu yang sangat baik
dan mau memberinya makan gratis. Soto itu langsung dimakan dengan hati
gembira. Putri berpikir betapa baik ibu ini, lebih baik dibanding
ibunya.
"Terima kasih, bu. Saya sudah kenyang," ujar Andin ketika
sotonya sudah habis. "Ibu baik sekali, berbeda dengan ibu saya. Tadi
saya bertengkar dengannya dan memutuskan pergi dari rumah," lanjut Andin.
Sang ibu penjual soto tersenyum.
"Ibu baik sekali,
padahal ibu adalah orang asing yang tidak kenal dengan saya, tetapi ibu
memberikan makan malam gratis untuk saya,"
Penjual soto itu langsung duduk di depan Andin, wajahnya teduh dan senyumnya sangat bijaksana.
"Jadi menurutmu, ibu baik karena memberi satu mangkuk soto gratis ini?" tanya si ibu.
Andin mengangguk.
"Apakah kamu pernah menghitung berapa mangkuk makanan gratis yang sudah
diberikan ibumu setiap hari?" tanya sang ibu penjual soto.
Andin tersentak mendengar pertanyaan itu.
"Anakku, kamu tersentuh dengan kebaikan ibu, tapi ibu yakin, ibumu jauh
lebih baik dibanding ibu. Penahkah kamu hitung berapa malam yang dia
habiskan untuk menahan sakit saat mengandungmu, saat mengganti popokmu,
saat kamu haus minta ASI, saat kamu sakit? Ibumu yang melakukan semua
itu, bukan ibu, ibu hanya memberi semangkuk soto, tidak ada apa-apanya
dibanding apa yang sudah ibumu berikan untukmu,"
"Kalau sekarang
kamu merasa kesal dengan ibumu, karena saling salah paham, karena tidak
saling mengerti keinginan masing-masing, cobalah untuk berbicara lebih
baik dengannya. Saat kamu tumbuh dewasa, ibumu semakin bertambah tua.
Kamu yang seharusnya makin banyak mendengarkan dan memahaminya,"
"Soto ini memang pemberian ibu, tapi ibu yakin, soto ini adalah doa
ibumu yang terkabul, agar kamu tidak kelaparan malam ini," ujar sang ibu
penjual soto sambil tersenyum. "Pulanglah ke rumah, ibu yakin, ibumu
sedang cemas menunggumu," lanjutnya.
Catatan
Seringkali kita
berpikir bahwa ibu adalah orang yang cerewet, keras kepala, dan banyak
maunya. Tapi di balik itu semua, seorang ibu selalu memberi yang terbaik
untuk anaknya dan mendahulukan doa untuk anaknya. Ketika Anda makin
dewasa, ibu Anda semakin tua. Ketika Anda makin kuat, ibu Anda makin
lemah.
Maka rangkullah ibu Anda, dengarkan cerita-ceritanya,
kalaupun ada hal yang tidak menyenangkan darinya, katakan secara halus.
Sayangi ibu Anda, selagi Tuhan masih memberikan waktu itu kepada Anda.
Silahkan dishare jika menurut anda kisah ini bermanfaat dan jangan lupa sertakan link blog ini ya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar